Indah Pada Waktunya

Kadang kita bertanya dalam hati dan menyalahkan Tuhan, “apa yang telah saya lakukan sampai saya harus mengalami ini semua ?” atau “kenapa Tuhan membiarkan ini semua terjadi pada saya ?”
Perjuangan memang tak mudah. Perjuangan penuh dengan rintangan, hambatan dan juga tantangan. Semua orang juga tau bahwa kebahagiaan itu akan dirasakan sesudah kita merasakan kepedihan dan juga tantangan dalam memperjuangkan kebahagiaan tersebut. Bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Bersama kesedihan pasti ada kebahagiaan dan di setiap rintangan, tantangan dan hambatan yang ada pasti akan tercapai keberhasilan, mungkin seperti itu yang kita rasakan dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, ketika kita sudah mendapatkan tantangan yang luar biasa berat, Insya Allah tak akan lama kebahagiaan akan kita raih.
Pada catatan saya saat ini, saya akan membahas tentang berpuasa…
Saya mengambil satu contoh, tentang perubahan bentuk dari seekor ulat menjadi seekor kupu-kupu yang cantik…


Bagi kebanyakan orang, ulat bulu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi sebenarnya masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia berubah menjadi kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain, yaitu ia akan menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk kupu-kupu yang indah, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka warna-warna yang indah dan warna-warna yang alami cantiknya? Sebagian orang bahkan mengoleksinya sebagai hiasan dinding sebagai hobi ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan (biasanya untuk penelitian-penelitian di lab).
Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah SWT, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang bahkan suka memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam seperti yang tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Jika proses metamorfosa pada ulat bulu diibaratkan di kehidupan manusia, maka tentu saja manusia bisa bermetamorfosa menjadi manusia-manusia yang jauh lebih baik dan juga indah. Dan saat yang paling tepat untuk “memetamorfosakan-diri” adalah ketika memasuki bulan suci Ramadhan. Bila kita masuk dalam ‘kepompong’ Ramadhan dan setiap aktivitas yang kita lakukan sejalan dengan ketentuan-ketentuan “metamorfosa” yang Allah anjurkan, Insya Allah akan mendapatkan hasil yang memuaskan yaitu manusia yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona. Inti dari ibadah di bulan suci Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu.

Allah SWT berfirman,
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (٤٠)

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (٤١)

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.” (QS. An Nazii’at : 40 – 41).

Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak baik dan sesat. Siapakah pelatih itu? Dialah setan yang dilaknat oleh Allah SWT, yang sangat suka dan senang mengarahkan hawa nafsu kita ke jalan yang buruk, dan dibenci oleh Allah SWT. Akan tetapi memang itulah tugas setan. Apalagi seperti hawa nafsu, setan pun memiliki kesamaan yang sama dengan hawa nafsu yaitu kedua-duanya sama-sama tak terlihat.

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ (٦)

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala,” demikian firman Allah dalam (QS. Al Fathir: 6).

Untungnya, pada bulan Ramadhan Allah mengikat erat setan yang terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan yang hanya datang sebulan dalam setahun. Kita juga harus berusaha lebih meningkatkan ibadah puasa kita. Tidak hanya puasa atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja, akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan-amalan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika setan dilepas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita, bukan kita lagi yang tunduk pada keinginan mereka. Dengan demikian, hidup kita pun Insya Allah dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal dari kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama yang harus kita jaga dalam bulan suci Ramadhan adalah akhlak kita. Barang siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana banyak kaki tergelincir, itulah sabda dari Rasulullah SAW.

Pada bulan Ramadhan, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita berlaku baik juga dan kita tahu bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga puasa kita supaya bisa sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja, tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.

Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai hamba Allah. Jadi, bisa dikatakan setiap muslim yang melakukan puasa di bulan ramadhan, mereka bisa dikatakan sebagai ulat yang sedang menjalani fase dalam kepompong, lalu kita akan kembali ke fitri bagaikan bayi yang baru lahir diibaratkan seperti kepompong yang akan lahir menjadi kupu-kupu yang cantik dan terlihat amat indah dan mempesona. Begitu juga dengan puasa-puasa sunnah yang sering kita jalani menjadikan kita jauh lebih baik akhlaknya, imannya, dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Harapan saya yaitu kita sebagai umat muslim agar mengurangi sifat keluh kesah dalam setiap hal yang kita kerjakan, karena dengan mengeluh malah tidak akan menyelesaikan suatu permasalahan, justru akan makin memperkeruh masalah tersebut. Sekecil apapun yang namanya mengeluh akan membawa kerugian yang sangat besar. Tidak ada alasan apapun manusia untuk mengeluh, sebagai manusia yang di berikan kesempurnaan oleh tuhan dari makhluk lainnya. Memang sudah menjadi sifat dasar manusia dan tidak dapat di pungkiri lagi setiap orang pasti selalu mengeluh bila menghadapi sebuah masalah. Tapi, perlu kita ingat sekecil apapun masalah yang dihadapi dengan cara mengeluh berarti kita sudah di menetapkan diri kita sendiri sebagai pengecut. Faktanya, banyak orang yang memiliki kekurangan tapi di balik kekurangan nya itu mereka jadikan sebagai kelebihan. Silakan anda renungkan lagi, dengan kita mengeluh berarti tidak ada bedanya kita sedang jalan di tempat,tidak menghasilkan apa-apa, dan perbuatan sia-sia.

Besar kecilnya permasalahan tidak jadi ukuran. yang paling penting, hal pertama yang harus di lakukan adalah berfikir, merencanakan, menilai dan berbuat.

Karena pada bagian awal saya tulis semua orang sudah tau bahwa kebahagiaan dan keindahan biasanya ada pada akhir-akhir hal yang kita kerjakan dan kita usahakan.

Jika keindahan dan kebahagiaan yang kita incar dari awal tidak tercapai, mungkin itu adalah kehendak Allah dan rencana Allah untuk kita. Misalnya jika kita sedang bekerja, kita berusaha kerja lembur sampai tengah malam untuk mendapatkan tambahan upah dari atasan kita. Ternyata, atasan kita tidak memberikan upah lembur tersebut, secara manusiawi kita merasakan kesal dan pasti ada keluh kesah di dalam hati kita. Tetapi cobalah untuk meminimalisir keluh kesah tersebut. Dan percayalah bahwa Allah SWT punya rahasia indah yang sudah disediakan untuk kita.

Ingatlah pada sebuah pepatah yaitu “berakit-rakit kehulu berenang-renang kemudian”. Prinsip bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ini banyak sekali dijumpai dalam kehidupan sehari-hari manusia, itu sama dengan berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Sama halnya waktu muda bekerja keras, tua tinggal menikmati hasilnya. Begitu juga dengan membesarkan, mendidik anak dengan susah payah yang jika dilakukan dengan benar, maka kalau besar nanti, anak tersebut akan menjadi anak yang saleh dan berguna. Jadi jangan sampai kita berputus asa dalam melakukan suatu hal. Jangan memikirkan hasilnya, tapi pikirkanlah bagaimana kita melakukannya dengan sepenuh hati dan sekuat tenaga serta semampu kita.

Agar menjadi orang yang sukses, Anda harus siap melakukan suatu pekerjaan yang pada awalnya mungkin tidak memberi hasil yang begitu baik. Anda harus bersedia menjadi si bodoh dulu, sebelum akhirnya mampu jadi si pandai.

Dan janganlah berhenti dan berusaha menjadi manusia yang maju dan sukses baik di dunia maupun di akhirat.

Mungkin itu hanya itu yang saya bisa tulis, apabila ada penulisan kata saya minta maaf yang sebesar besarnya.
Billahi taufik wal hidayah, wassalamu ‘alaikum wr. wb…

Leave a comment